Minggu, 11 Oktober 2009

Kadang-kadang kalau kita mendengar nama suatu dearah, terlintas "Kenapa ya, kok disebut itu ?" Berikut sejarah beberapa nama lokasi di Jakarta ...

Glodok

Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh dari pancuran air.
Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali ciliwung.
Orang tionghoa dan keturunan tionghoa menyebut grojok sebagai “glodok” karena orang tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.

Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam.
Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si Kwi Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai kwitang.

Senayan
Dulu daerah senayan adalah milik seseorang yang bernama Wangsanaya yang berasal dari Bali.
Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan “wangsanayan” yang berarti tanah tempat tinggal atan tanah milik wangsanaya.
Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama wangsanayan menjadi senayan.

Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan.
Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung “menteng”.
Setelah tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut menteng.

Jalan Jaksa
Dulu daerah sana tempat nge-kost pelajar2 pribumi yg sekolah hukum Belanda.

Matraman
Dulu merupakan tempat basisnya Sultan Agung dari kerajaan Mataram, yang mau menyerang Belanda di Batavia.
Tempat tersebut dikenal dengan “mataraman”…. lama2 sebutan tersebut berubah jadi matraman.

Tanah Abang
Awalnya Tenabang.
Ada juga yg bilang kalo dulunya tanah sekitar situ berwarna merah. Dalam bahasa Jawa, “abang” artinya merah.

Pademangan yang bersebelahan dengan Kemayoran adalah dua daerah yang dipimpin oleh Demang Betawi (pribumi) dan Mayor (Belanda)..

Kebayoran
Dulunya tanah Tuan Bayor Belanda
Ada juga yg bilang berasal dari kata “kebayuran”, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”.
Kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatanya serta tahan terhadap rayap.

Betawi tempo doeloe banyak pohon jati, makanya sekarang banyak daerah yang menggunakan nama “jati”, kayak Jati Padang, Jati Pulo, Jati Waringin, ada lagi gak?

Ciganjur
Ganjur merupakan sebutan pohon jati bagi orang sana dulunya.

Karet Tengsin
Dulunya adalah Perkebunan karet milik etnis China bernama Tieng Shin, karna orang pribumi susah nyebutnya jadi Tengsin aja.

Kuningan
Dulunya tempat menetapnya seorang Pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Koeningan.

Warung Buncit
Dulunya di situ ada warung kelontong milik orang China berperut buncit yg terkenal.

Bangka
Dulunya disana banyak ditemukan mayat (bangke/bangkai) orang yg dibuang di kali krukut.

Cilandak
Konon di sana pernah ditemukan seekor landak raksasa. Tau konon gak? konon = “kata orang sih”.

Tegal Parang
Di sana dulu banyak ditemukan alang2 tinggi (tegalan) yg dipotong dengan parang (golok).

Blok A/M/S
Dulunya sekitar situ tempat pembukaan perumahan baru yg ditandai dgn blok, mulai blok A sampe blok S. Sekarang yg tersisa tinggal 3 blok.

Pasar Rumput
Asal mula penyebutannya Pasar Rumput berasal dari adanya para pedagang yang menjual rumput di kawasan ini.
Para pedagang rumput terpaksa berjualan di lokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Saat itu penghuni daerah Menteng banyak yang memakai sado (delman) sebagai sarana angkutan.
Banyaknya sado yang keluar masuk lingkungan Menteng
inilah yang menjadi incaran para penjual rumput. Untuk apa rumputnya? untuk makanan si kuda lah.

Kalimalang
Karena kali/sungai yg mengalir di spanjang jalan tersebut tidak mengarah ke laut (utara), tapi ke arah barat (silang/malang).
Jadi dinamain kalimalang.

Lebak Bulus
Lebak artinya kolam/lembah, Bulus artinya kura2. Dinamain lebak bulus soalnya dulu di situ jadi sentral penjualan kura2 yg ditaro di kolam2.
Ada juga yg bilang kawasan ini dulu kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di dua sungai yang mengalir di daerah itu memang terdapat banyak sekali kura-kura.

Boplo
Asalnya dari nama perusahaan kontraktor Belanda NV De Bouwploeg.

Kampung Ambon
Djaman doeloe JP Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.
Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara.
Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.

Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan di
teluk Jakarta.
Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.
Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa.
Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

Pondok Gede
Sekitar tahun 1775 daerah Pondok Gede merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut onderneming.
Di daerah pertanian dan peternakan milik tuan tanah bernama Johannes Hoojman yang kaya raya itu terdapat sebuah Landhuis, atau rumah besar tempat tinggal dan sekaligus tempat pengurus usaha pertanian dan peternakan.
Karena besarnya bangunan Landhuis itu, masyarakat pribumi sering menyebutnya Pondok Gede (rumah besar).

Pasar Senen
Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck.
Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck). Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen.

Kebagusan
Berasal dari nama seorang gadis jelita keturunan sultan Banten, Tubagus Letak Lenang. Setelah meninggal, dimakamkan di daerah itu. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.

Ragunan
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang di sandang tuan tanah pertama kawasan tersebut berna Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolhnya dari sultan banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.

Paal Meriam
Sekitar tahun 1813, pasukan artileri meriam inggris yang akan menyerang batavia, mengambil daerah itu untuk meletakan meriam yang sudah siap ditembakan.
Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini paal meriam (tempat meriam disiapkan).

Cawang
Dulu, ketika belanda berkuasa, ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni, bernama Ence Awang.
Letnan ini bersama anak buahnya bermukim di kawasan yang tak jauh dari jatinegara.
Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar